Amazing Cerpen "AIR MATA JALANAN"
hai teman-teman..
selamat datang di blog
saya..
kali ini saya akan
menge-post cerpen terbaru saya..
saya mohon tinggalkan jempolnya dan komentarnya ya..
saya mohon tinggalkan jempolnya dan komentarnya ya..
terimakasih..
selamat membaca :) :) :)
Di
pagi yang cerah ini,seperti biasa jalanan macet dengan kendaraan baik kendaraan
bermotor maupun mobil kelas atas,semua orang tumpah ruah dijalanan
berdesak-desakan melawan polusi udara di kota agar bisa sampai ke tempat tujuan
dengan tepat waktu.orang kantoran yang cepat-cepat pergi menuju kantornya
sebelum terlambat dan anak-anak sekolah yang berangkat ke sekolah sebelum bel
berbunyi.
Namun hal itu tidak bisa dirasakan oleh seorang anak laki-laki berumur 6 tahun
yang hanya bisa melihat hal itu dari jendela rumahnya yang terbuat dari
kardus,.kadang-kadang ia menangis kenapa dia tidak bisa seperti anak-anak itu
yang bisa merasakan betapa senangnya pergi ke sekolah.
“nak.. sudahlah jangan dilihatin lagi,nanti kamu tambah sedih” ujar seorang ibu
separuh baya.
“bu.. Ucup ingin seperti mereka,yang bisa merasakan sekolah. Ucup ingin pintar
bu!! Ucup ingin sukses!!” ujar anak yang bernama Ucup itu sambil meneteskan air
mata.
“iya.. nak ibu mengerti.. ibu sebenarnya juga ingin kamu bersekolah seperti
mereka..tapi apa boleh buat nak untuk makan sehari-hari saja kita harus mencari
nafkah dengan meminta belas kasihan orang lain.” Kata ibu ucap sambil mengusap
air mata yang keluar dari mata Ucup.
Ucup pun tidak bisa membenci Ibu yang sudah melahirkannya karena tak bisa
menyekolahkan dia, Ucup pun juga tak bisa menyalahkan ayahnya yang tega
meninggalkan dia dan ibunya,dan yang terpenting Ucup juga tidak bisa
menyalahkan takdir yang sudah diberikan Allah kepadanya. sekarang yang bisa
Ucup lakukan hanyalah membantu ibunya bekerja.
Ucup terpaksa bekerja sebagai seorang pengamen cilik,karena dia berfikir hal
itu sudah lebih baik ketimbang dia menjadi seorang pengemis maupun pencuri. Memang
hidup dijalanan itu susah,sangat berat dan beresiko,tapi apa boleh buat itu
yang hanya bisa Ucup lakukan
“bu.. ucup pamit dulu
untuk bekerja,sebelum siang tiba,dan Ucup mohon doa restu agar kali ini uang
yang Ucup dapat lebih banyak dari kemarin” pamit ucup kepada sang ibunda.
“iya nak.. doa ibu merestui mu.,hati-hati di jalan”.
Setelah berpamitan dengan
ibunya,Ucup pun segera mengambil Kukulele dan sebuah buku lalu ia segera
menuju perempatan jalan untuk mengamen.
hanya kukulele dan buku itulah
yang tahu betapa beratnya Ucup bekerja dijalanan,walaupun panas matahari
membakar kulit Ucup maupun hujan salju yang membekukan kulit Ucup, hal itu pun
akan tetap Ucup jalani untuk menyambung hidup nya beserta ibunya. Ooh.. sungguh
malangnya nasib Ucup itu...
beberapa jam kemudian di
sebuah perempatan jalan.
Jam-jam segini memang
jalan cukup lenggang,tapi Ucup masih tetap setia menunggu lampu merah
dipinggiran trotoar. Sesekali ia menunggu sambil membaca buku yang ia bawa
untuk menambah wawasannya,dia bertekad walaupun dia seorang pengamen tetapi ia
tetap ingin pintar seperti anak-anak lain.
Kadang ketika Ucup bosan
membaca ia segera memetik sinar kukulelenya untuk menghilangkan kestresannya
karena bekerja.hanya buku dan kukulele itu yang menjadi teman setia Ucup saat
bekerja.
Tiba-tiba hal yang
ditunggu-tunggu Ucup pun tiba, lampu jalan menunjukan warna merah yang
menunjukan kendaraan harus berhenti.kesempatan ini pun tidak disia-siakan oleh
Ucup.Ucup pun segera menghampiri kendaraan-kendaraan itu satu per satu dan
segera menunjukan kebolehan suaranya serta kemahirannya bermain kukulele..
“permisi pak...”
jreeng..jreeng.. “aku yang dulu bukanlah yang sekarang..dulu ditendang sekarang
ku disayang..”
criing.. beberapa receh
uang koin pun masuk kedalam kantong plastik yang sengaja ia bawa untuk wadah
uang hasil ngamennya.
“terimakasih pak” ujar
Ucup kepada si pemberi koin.
Karena sudah lama ia
disana dan ia merasa jalanan itu sangat sepi,Ucup pun memutuskan untuk
meninggalkan tempat itu dan ngamen dari rumah ke rumah saja.
Disaat ia sedang
ngamen,tiba-tiba ada seorang lelaki yang mendorong Ucup dari belakang,seketika
Ucup pun jatuh ke tanah..
“serahkan uang yang ada
dikantong plastik itu!! Sebagai pajak karena kamu sudah berani-beraninya ngamen
di daerah kekuasaan saya” Ujar lelaki itu
“jangan bang.. jangan..
sudah dari pagi saya kerja keras untuk mendapatkan uang ini,masa Abang
seenaknya mau minta uang ini,nanti saya dan ibu saya mau makan apa bang?” ujar
Ucup memelas dengan rasa takut.
“masa bodo!! Hidup di
kota itu memang susah apalagi seperti kita orang kecil..siapa yang lebih kuat
dia yang menang!! Sudah berikan saja uang mu kalau tidak nyawa taruhan mu”
ancam lelaki itu sambil menodongkan pisau.
Terpakasa dengan berat
hati Ucup pun memberikan uang hasil ngamennya kepada lelaki itu,lalu Ucup
pun duduk di sebuah bangku taman dan merenungkan betapa sia-sianya ia menunggu
lama di perempatan jalan tadi ,berjalan jauh menghampiri setiap rumah yang ia
lalui dan menghabiskan suaranya hingga serak jika uang yang ia dapat harus
hilang seketika di ambil abang itu.
Air mata Ucup pun
tiba-tiba jatuh dan ia pun lalu berdoa “Ya.. Allah kenapa abang-abang tadi
jahat kepada Ucup? Kenapa Abang itu tega mengambil uang Ucup?lalu bagaimana
nanti Ucup dan ibu Ucup mau makan Ya Allah? Ya.. Allah kata ibu Ucup Allah itu
baik,Allah itu sayang kepada hambanya dan Allah itu senang membantu,maka tolong
bantu Ucup Ya Allah agar nanti Ucup bisa makan Amin”
Karena senja hampir tiba
setelah berdoa Ucup pun segera mengamen lagi dengan sabar ia mendatangi setiap
mobil yang berhenti,tiba-tiba ketika Ucup sedang mengamen ada seorang bapak
yang iba melihat anak sekecil Ucup harus sudah merasakan betapa beratnya mencari
uang.
Ternyata bapak itu
adalah seorang pengusaha kaya raya,dengan ikhlas bapak itu mau memberikan
bantuan uang untuk Ucup bersekolah sampai sarjana dan bapak itu pun ingin
mengangkat Ucup sebagai anak angkat.
Ucup dan ibunya pun
sangat senang mereka pun lalu bersujud syukur dan Ucup begitu senang doa Ucup
pun dikabulkan Allah,”Allah sayang Ucup,Ucup sayang Allah..!!!” ucap Ucup
sambil menangis terharu.
TAMAT
Comments
Post a Comment